Selama masa Pembelajaran Jarak Jauh, pengelolaan kelas yang kondusif menjadi perkara yang sangat menantang. Keadaan dimana guru dan siswa tidak dapat bertatap muka secara langsung, tidak memungkinkan guru untuk menjalani fungsi kontrol seperti ketika di dalam kelas. siswa terlihat tidak termotivasi untuk belajar jarak jauh secara daring, pembelajaran di rumah dimana siswa melakukan pembelajaran secara mandiri juga sudah dikontrol, bagaimana guru dapat mengetahui kesulitan dan pencapaian siswa?
Belum lagi setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama,
keadaan keluarga yang beragam, dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Ada
yang sudah diajari berkali-kali masih belum paham materi, sedangkan ada siswa
yang sekali diajari sudah langsung bisa. Ada siswa-siswa yang tidak terpantau
tugas-tugasnya di rumah karena orang tuanya sibuk bekerja. Ada siswa yang
sering melewati kelas daring karena alasannya gawainya dipakai bergantian
dengan kakak dan adiknya. Ada siswa yang tidak punya pulsa. Kacau! Bagaimana
guru dapat mengelola kelas dengan keadaan seperti ini?
Keadaan mana yang pernah Anda alami?
Jangan khawatir. Jika Anda telah mampu mengenali tantangan
yang Anda hadapi, selanjutnya Anda akan dapat memikirkan langkah-langkah untuk
mengatasinya.
Pandemi Covid-19 memaksa guru dan siswa untuk langsung
mengubah cara pembelajaran normal menjadi Pembelajaran Jarak Jauh. Keadaan
darurat membuat guru lupa melihat dan mempertimbangkan kondisi kesiapan siswa
baik secara kognitif dan non kognitif sebelum dan selama Pembelajaran Jarak
Jauh. Hal ini berimbas pada tantangan-tantangan yang sudah disebutkan di sesi
sebelumnya.
Berangkat dari isu ini, selain menetapkan kebijakan mengenai
kurikulum pada kondisi khusus di masa pandemi, Mendikbud juga mengimbau guru
untuk melakukan asesmen diagnosis. Asesmen dilakukan di semua kelas secara
berkala untuk mendiagnosis kondisi kognitif dan non-kognitif siswa sebagai
dampak pembelajaran jarak jauh.
Apakah Bapak dan Ibu Guru masih ingat strategi Memanusiakan
Hubungan dalam pedoman pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh? Strategi ini
menekankan pada praktik pembelajaran yang dilandasi orientasi pada anak
berdasarkan relasi positif yang saling memahami antara guru, siswa dan
orangtua. Anda dapat menggunakan strategi memanusiakan hubungan ini pada awal
pembelajaran untuk mendapatkan informasi mengenai profil siswa Anda, termasuk kondisi non-kognitif dan
kognitifnya.
Anda akan mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai asesmen
diagnosis awal serta manfaat yang akan Anda peroleh dari Assmen diagnosis awal
dengan membaca infografik berikut ini:
Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran
diberikan pada siswa untuk mengetahui:
Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa
Aktivitas siswa selama belajar di rumah
Kondisi keluarga siswa
Dalam melaksanakan asesmen diagnosis di awal pembelajaran,
Anda perlu melakukan tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak
lanjut. Terkait persiapan dan pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif,
keterampilan guru untuk bertanya dan
membuat pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif
dan cukup mendalam. Berikut ini Anda dapat mempelajari tips bagaimana strategi
tanya jawab bersama murid dalam asesmen diagnosis non-kognitif.
Asesmen Diagnosis Kognitif
Asesmen diagnosis kognitif di sisi lain digunakan untuk:
Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa
Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi
rata-rata siswa
Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada
siswa dengan kompetensi di bawah rata-rata.
Post a Comment
Post a Comment