Perang salib merupakan salah satu perang terbesar sepanjang sejarah yang
berlangsung kurang lebih dua abad lamanya, yakni sejak tahun 1099 sampai 1291.
Perang salib terjadi secara besar-besaran sebagai tragedi berdarah yang
memperebutkan satu kota suci agama Ibrohimiyah(Islam, Kristen dan Yahudi),
yakni Jerussalem. Namun, karena pada waktu itu kekuatan Yahudi lemah, maka yang
kentara ialah perang salib di pawangi oleh eksponen Islam dan Kristen. Sejak
lama, bahkan masih di era Kenabian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam,
pihak Kristen Barat sudah sangat memusuhi gerakan dakwah Islam. Segala macam
taktik dan strategi mereka lakukan demi untuk menghancurkan perkembangan Islam.
Jalan perang pun tak terelakkan sejak di masa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam hingga pada generasigenerasi selanjutnya. Puncak peperangan ditandai
dengan adanya ide Perang Salib.
Perang salib dimulai dengan penghianatan akidah. Kedengkian dan kecemburuan terhadap kaum muslimin telah mengkristal di dalam hati para pendengki, yaitu para tentara perang Salib yang dikenal dengan sebutan Paus Erian II. Pada tahun 1095 M, dia mengadakan kongres umat Kristen di kota Clairmount, Prancis. Dalam pertemuan itu semua kedengkian dan kebencian terhadap islam dan orang islam dilontarkannya, sentiment keagamaan dikeluarkannya sehingga dapat mengorbankan api perang Salib selama dua abad lamanya. Mereka sepakat mengirim pasukan salib untuk berperang ke negara Islam dengan dalih merebut Al- Quds yang 20 diantaranya terbuat dari emas.
1. Akar Sejarah Perang Salib
Perang Salib adalah serangkaian
ekspedisi militer yang diorganisasikan oleh Eropa Kristen terhadap kekuatan
kaum muslimin di Timur Dekat untuk mengambil alih control atas Kota Suci
Jerusalem. Perang ini berlangsung sekitar 2 abad lebih, yaitu sejak tahun 1096
M ketika perang pertama diserukan oleh pihak Eropa Kristen hingga tahun 1291 M
saat tentara Salib di Timur dipaksa keluar dari Acre-Suriah yang merupakan
pertahanan terakhir mereka Seperti diketahui, Kristen Barat atau orang-orang
kafir sejak dahulu telah memusuhi dan memerangi Islam sejak awal kehadirannya.
Dan perang salib merupakan peperangan yang masih satu rangkaian dari misi
permusuhan panjang terhadap dakwah Islam bahkan sampai di era modern seperti
saat ini. Ada poros kekuatan utama yang memicu berlangsungnya perang salib ini,
yakni Kekaisaran Byzantium (Romawi), Kerajaan Spanyol, Gerakan Salibiyah,
Blokade Negara-Negara Salibis, dan Penjajahan (Kolonialisme)
a. Kekaisaran Byzantium
Awal mula munculnya gerakan politik Kekaisaran Byzantium dalam melawan
dakwah Islam sudah muncul sejak era Kenabian, yaitu sekitar tahun ke-5 H.
Banyak peperangan yang terjadi diantaranya keduanya, diantaranya seperti Perang
Tabuk maupun Perang Mu’tah
Dengan makin kokohnya Negara Islam, membuat kekhwatiran yang begitu besar
dalam benak Kekaisaran Byzantium, terutama dari pihak Islam yang datang dari
arah Selatan. Pasukan Byantium mulai memahami semakin kuat dan banyaknya perlawanan
yang menghadang mereka, dan mereka menyadari pentingnya segera mempersiapkan
diri untuk menghadapi semua perlawanan itu.
b. Kerajaan Spanyol
Andalusia (Spanyol) merupakan saksi atas terjadinya berbagai serangan
yang terus-menerus datang dari arah utara, dimana seranga tersebut adalah buah
dari adanya permusuhan sengit dan menguji kepemimpinan Daulah Umayyah. Serbuan
pembelaan Islam datang dua kali. Pertama oleh tentara al-Murabitun dari Maroko
yang telah memberikan banyak catatan kepada kita dalam lembaran kemuliaan
karena kemenangan mereka dalam perang az-Zallaqah melawan orang- orang Spanyol
Kristiani pada tahun 479 H. Kedua datangnya tentara al-Muwahidun yang berhasil
mencapai kemenangan telak atas orang-orang Kristiani dalam Perang al- Arak pada
tahun 591 H
Namun, pada akhirnya kekuatan muslim di Andalusia mulai melemah dan
mengalami perpecahan diantara mereka. Puncaknya ketika mereka berhasil dikuasai
oleh Kerajaan Granada di bawah kepemimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella
pada tahun 897 H. Dampaknya, seluruh asset dan eksistensi keislaman di bumi
Andalusia benar-benar dimusnahkan. Kaum muslimin yang ada dipaksa untuk masuk
dalam ajaran Kristen, dan jika menolak mereka akan diusir atau pilihan yang
kedua yakni dibunuh secara kejam dan sadis.
c. Gerakan Salibiyah
Gerakan ini juga dinamakan dengan
gerakan Kristenisasi. Gerakan ini merupakan wujud nyata penolakan dan
perlawanan orang-orang Kristiani terhadap Islam. Gerakan ini telah berkembang
secara aktif selama berabadabad dan wujudnya senantiasa menyesuaikan dengan
setiap zaman yang ada. Kaitannya dengan Perang Salib, banyak para penulis
sejarah yang menyatakan bahwa gerakan ini merupakan model gerakan imperialisme
baru yang lahir di Eropa Barat dengan menjelma dalam bentuk serangan militer
terhadap wilayah-wilayah Islam di Syam, Irak, Mesir, Tunisi, dan lainnya
d. Blokade Negara Salibis
Tak lama setelah Eropa berhasil menghancurkan eksistensi Islam di
Spanyol, kemudian dibawah komando Spanyol dan Portugal, lalu diikuti Inggris,
Belanda dan Perancis, mereka mulai mengadakan aksi blokade sejarah terhadap
dunia Islam melalui jalur-jalur belakang Afrika dan Asia. Seperti ditemukannya
jalur perairan baru oleh mereka di sekitar Tanjung Harapan menjadikan bisnis
perdagangan kaum muslimin saat itu menjadi melemah. George Kirk berkata,”Tujuan
Henry Sang Pelaut adalah untuk menjaga kontinuitas keenangan pasukan salib atas
pasukan Islam, secara militer dan perdagangan. Merebut kawasan bisnis emas dan
barang-barang perdagangan berharga lainnya dari tangan kaum Muslimin. Dan
membangun kongsi dengan kekuatan lain untuk menghancurkan kekuatan Islam dari
arah Selatan”.
e. Penjajahan (Kolonialisme)
Hal ini merupakan suatu bentuk dan
cara baru bagi Eropa untuk menguasai Negara-negara lain, khususnya Negara
muslim. Hal ini didorong oleh adanya Revolusi Industri di Inggris yang
bertujuan untuk menemukan pasar baru bagi produk mereka, sumber bahan-bahan
baku industri, dan mencari sumber tenaga kerja murah untuk dijadikan sebagai
budak. Penjajahan ini berada dibawah pimpinan Negara Inggris, Perancis,
Belanda, Belgia, Italia, dan Jerman, dimana hal ini berlangsung cukup lama
sampai decade pertama abad ke-20. Penjajahan ini selain dilakukan atas motif
ekonomi juga nyatanya mempunyai tujuan lain, yakni menyebarkan agama Kristen.
2. Faktor Utama Perang Salib
Perang salib, suatu peperangan yang dilancarkan oleh orang- orang Kristen
Barat terhadap kaum muslimin di Asia Barat dan Mesir, yaNg dimulai pada akhir
abad ke sebelas sampai akhir abad ketiga belas. Peperangan ini dilatar belakangi
oleh beberapa faktor. Philip K. Hitti berpenapat bahwa latar belakang
terjadinya perang Salib karena reaksi dunia Kristen di eropa terhadap dunia
Islam di asia, sejak tahun 632 melakukan ekspansi, bukan saja ke Syiria dan
Asia kecil, tetapi juga Spanyol dan Sicilia
Faktor lain adalah keinginan mengembara dan bakat kemiliteran suku
Teotinia yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka memasuki lembaran sejarah
penghancuran gereja , Holy Sepulchre adalah sebuah gereja yang didirikan di
atas makam Yesus di kubur, pembangunannya dilakukan oleh Khalifah
Tafhimiyahal-Hakim pada tahun 1009. Sedangkan gereja merupakan tujuan dari
beribu-ribu jama’ah Eropa, perlakuan tidak wajar terhadap jema’ah Kristen yang
akan ke Palestina melalui Asia oleh penguasa Saljuk. Sebelum mengetahui faktor
utama perang salib, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu kondisi masyarakat
Eropa pada masa itu hingga akhirnya tercetus ide Perang Salib atau yang mereka
sebut Holy War (Perang Suci).
Kondisi yang terjadi saat itu, diantaranya :
a. Masyarakat dirundung berbagai permusuhan dan peperangan memperebutkan
pengaruh diantara para tokoh dan pemimpin kerajaan, hal itu makin menambah
buruknya keadaan ekonomi dan social Eropa Barat.
b. Adanya perseteruan antara Paus selaku pemimpin gereja dengan pihak
kekaisaran selaku pemegang kekuasaan.
c. Kedudukan yang sangat tinggi, besarnya otoritas, serta luasnya peran
yang dimiliki Paus saat itu, membuka peluang dan kesempatan bagi Paus untuk
menjadi penentu tunggal kekuatan dunia.
d. Terjadinya perseteruan antara gereja ortodoks di Timur (Byzantium) dan
gereja katolik di Barat (Romawi) dalam memperebutkan pengaruh ajaran.
e. Adanya fanatisme dan semangat keagamaan di kalangan masyarakat Eropa
Namun, selain kondisi di atas ada faktor-faktor utama yang
melatarbelakanginya, yakni:
a. Motif Agama
Ini merupakan faktor utama penyulut berkobarnya perang salib. Salah satu
bukti konkritnya, para tentara salib ketika itu meletakkan symbol salib pada
senjata-senjata mereka dan berbagai barang yang mereka bawa di medan perang . Dedengkot
awal yang menjadi penyeru utama yang memiliki ide perang salib ialah Paus
Urbanus II. Dia dianggap orang pertama yang bertanggung jawab menyebarluaskan
ide tersebut, serta mendorong agar dikirim ekspedisi militer pertama ke Syam.
b. Motif Politik
Meski agama menjadi
motif utama, namun para raja dan pemimpi yang ikut dalam perang salib tak dapat
menyembunyikan tujuan lain mereka yang bersifat politik
Menurut Ash-Shalabi,
ada satu masalah besar yang selalu dihadapi para raja dan pemimpin, yaitu tidak
adanya penaklukan dan penambahan tanah baru sehingga membuat melemahnya
semangat karena banyak para pejabat yang tidak memiliki tanah Ada beberapa poin
penting, diantaranya:
1) Para raja dan pemimpin invasi militer
memiliki ambisi yang jelas bernuansa politik dengan ditandai adanya
perselisihan diantara kalangan mereka sendiri tentang perebutan kekuasaan
wilayah-wilayah yang akan mereka taklukan, terutama Antioch.
2) Perang belum
terjadi, tetapi mereka sudah memperbincangkan masalah pembagian harta rampasan
perang
3) Motif politik ini
bersumber dari Paus Urbanus II, Kekaisaran Byzantium, dan adanya peperangan di
wilayah Spanyol Islam (Andalusia)
4) Terjadinya
pertentangan dan perselisihan antara Khalifah Fathimiyah di Mesir, Khalifah
Abbasiyah di Baghdad dan Amir Umayyah di Cordova dimanfaatkan betul oleh para
pemimpin perang salib untuk merebut satu-persatu wilayah kekuasaan kaum
muslimin.
c. Motif Sosial
Para pedagang besar
yang berada di Pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venesia,
Genoa dan Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang
pantai timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka.
Hal ini juga dilatarbelakangi oleh adanya problem sosial yang terjadi pada
masyarakat Eropa di abad pertengahan, dimana terdapat kesenjangan sosial yang
melebar dikalangan mereka. Dalam keadaan yang demikian, sang Paus Urbanus pun
hadir menarik simpati mereka dan mengajak untuk turut serta dalam Perang Salib.
Mereka pun akhirnya mau karena Paus menjanjikan akan menghapuskan segala jenis
beban kewajiban yang harus mereka bayarkan kepada para pejabat kerajaan
c. Motif Ekonomi
Kondisi perekonomian
Eropa di abad pertengahan memang sedang dilanda keterpurukan. Krisis pangan dan
kelaparan terjadi dimana-mana. Maka ketika ada seruan perang salib, orang-orang
yang mengalami kelaparan ini sangat berharap agar peperangan dapat menjadi
jalan keluar bagi kesulitan hidup yang mereka rasakan.
d. Kaisar Byzantium meminta bantuan Paus
Urbanus II
Permintaan bantuan
Kaisar Alexius Comnenus (1081-1118 M) kepada Paus Urbanus II untuk melawan
Daulah Saljuk dari Turki bukan merupakan hal baru, sebelumnya Kaisar Michael
VII juga telah meminta bantuan kepada Paus Gregorius VII untuk tujuan yang
sama, menyusul peristiwa Manzikert pada
tahun 463 H . Dan hal yang perlu diperhatikan, bahwa permintaan bantuan yang
dilakukan oeh Kaisar Byzantium kepada Paus Urbanus II, merupakan kesempatan
emas yang ditunggutunggu oleh Paus.
e.
Impian
Sang Paus
Pada abad
pertengahan Eropa, muncul pemahaman bahwa kedudukan kaisar lebih tinggi
disbanding kedudukan gereja katolik dan paus harus ditunjuk oleh kaisar. Namun,
pihak gereja katolik justru berpikir sebaliknya sehingga terjadilah perseteruan
diantara keduanya. Selain itu, pihak gereja katolik juga memiliki masalah pula
dengan gereja ortodoks yang berpusat di Konstantinopel. Gereja katolik yang
berada di Roma, sebenarnya berkeinginan menyatukan doktrin dan ritual dengan
pihak gereja ortodoks. Namun, pada kenyataannya justru ditolak keinginan
tersebut Untuk mewujudkan hal tersebut, Paus mengadakan sebuah pertemuan dengan
para raja, pendeta, dan komunitas gereja pada tanggal 27 November 1095.
Disinilah sang Paus menyampaikan pidatonya, sehingga tercetuslah ide Perang
Salib.
2. Periodisasi Perang Salib
Philip K.Hitti
menyederhanakan periodesasi Perang Salib dalam tiga periode. Pertama, masa
penaklukan (1009-1144), kedua, masa timbulnya reaksi umat Islam (1144-1192),
dan ketiga, masa perang saudara keci-kecilan yang berakhir sampai 1291 M
a. Periode Pertama Disebut periode penaklukan.
Jalinan kerja sama Kaisar
Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat umat Kristen,
terutama akibat pidato Paus Urbanus II di Clermont (Perancis Selatan), 26
November 1095. Pidato tersebut membuat orang-orang Kristen mendapatsuntikan
untuk mengunjungi kuburan suci. Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh
Al-Islam (Sejarah Kebudayaan Islam) menggambarkan gerakan ini sebagai
gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin,
dan tanpa persiapan. Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I’ermite. Sepanjang jalan
menuju Konstantinopel, mereka membuat keonaran, melakukan perampokan, dan
bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizantium. Akhirnya,
dengan mudah, pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih
merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci
Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099. Pasukan Godfrey ini melakukan
pembantaian besar-besaran terhadap umat islam tanpa membedakan laki-laki dan
wanita, anak-anak dan dewasa, serta tua dan muda. Mereka juga membumihanguskan
bangunanbangunan milik umat islam. Sebelum menduduki Baitulmakdis, pasukan ini
terlebih dahulu merebut AAnatalia Selatan, Tersus, Antiolia, Allepo, dan
Ar-Ruba; (Edesa), juga merebut Tripoli, Syam (Suriah)dan Arce. Kemenangan
pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta dunia islam dan berdirinya
kerajaan-kerajaan Latin- Kristen di timur, seperti kerajaan Baitulmakdis (1099)
di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa(1099) dibawah kekuasaan Raja
Reymond.
b. Periode Kedua Disebut periode reaksi umat
islam (1144-1192).
Jatuhnya beberapa
wilayah kekuasaan islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kaum muslimin
menghimpun kekuatan untuk menghadapi mereka. Dibawah komando Imaduddin Zangi,
gubernur Musol, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan salib.
Bahkan, mereka berhasil merebut kembali Allepo dan Edessa (Aen, 2008: 171).
Jatuhnya Edessa ke tangan kaum muslimin menjadi berita memilukan di Barat
(Eropa). Ia menjadi pendorong dan penggerak semangat bagi mereka untuk segera
bangkit mengadakan misi salib jilid berikutnya. Hal ini juga dikarenakan kota
tersebut merupakan kota pemerintahan pertamayang dibangun oleh pemerintahan salib
di wilayah Timur
Setelah Imaduddin
Zangi wafat tahun 1146, posisinya digantikan oleh putranya, Nuruddin Zangi. Ia
meneruskan citacita ayahnya yang ingin membebaskan negara-negara islam di Timur
dari cengkraman kaum salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan, antara lain
damaskus (1147), Antiolia (1149),dan Mesir (1169)
c. Periode Ketiga
Lebih dikenal dengan periode perang saudara
kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan salib. Hal ini
disebabkan oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang
bersifat matrialistik daripada motivasi agama. Dalam periode ini, muncul
pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu
Syajar Ad- Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Perancis
sekaligus menangkap raja tersebut. bukan hanya itu, pahlawan wanita yang gagah
berani ini telah mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan
mengizinkan aja Louis IX kembali kenegerinya Perancis. Setelah kekalahan dalam
Perang Hittin dan jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin, menimbulkan
reaksi keras pada masyarakat Barat yang terkejut mendengar berita dua
malapetaka besar itu.
Pertengahan tahun
583 H, Condrad de Montverat mengutus Gozias, kepala uskup di Shur pergi ke
Barat Eropa untuk meminta bantuan para Raja dan Paus. Dalam perjalanannya, ia
mendapat bantuan dari Raja Sicilia (William II) dan dengan bantuan Paus Clement
III yang ada di Roma, akhirnya pula Gozias mendapat bantuan dari Raja Inggris ,
Richard “The Lion Heart, Raja Perancis (Philip Augustus), dan Raja Jerman
(Frederick Barbarosa)
Dengan kekuatan
besar, pasukan ini bergerak pada tahun 585 H/ 1189 H meintasi jalan darat
kearah Konstantinopel. Mereka bergerak melewati wilayah musuh bebuyutannya,
Isaac II Angelus (Kaisar Byzantium). Tak membuang waktu, Isaac segera
menyampaikan gerakan pasukan salib ini ke sekutunya, Shalahuddin Al-Ayyubi.
Meski Isaac telah berjanji tidak akan membolehkan pasukan itu melewati
negerinya, namun kekuatan Kaisar Byzantium itu tidak mampu menahan laju pasukan
salib tersebut
4. Hasil Perang Salib I, II, dan III
Secara umum
menjelaskan bahwa hasil-hasil tersebut diantaranya:
a. Kaum Kristiani
banyak menyalin ilmu pengetahuan dari kaum Muslimin yang memiliki peradaban
superior saat itu
b. Kaum Kristiani
meniru ilmu industri dan keterampilan dari kaum Muslimin, seperti industry
tekstil, pewarnaan, pelabuhan, tambang dan kaca
c. Peradaban Barat
terpengaruh oleh peradaban Islam yang membuat ia tumbuh dan mencapai
kegemilangan
d. Meski mendapat kerugian
yang besar, banyak yang terbunuh, dan tidak tercapainya tujuan merebut Baitul
Maqdis, namun Eropa mendapat perolehan besar dari semua itu yaitu peradaban
Eropa bangkit dan berkembang cepat setelahnya
e. Melahirkan para
kesatria Islam di panggung sejarah peradaban Islam sejak era Imaduddin,
Nuruddin Zanki, hingga Shalahuddin Al-Ayyubi
5. Pengaruh Perang Salib di Dunia Islam
Perang Salib yang
terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh kuat terhadap Timur dan
Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan perubahan yang positif
walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia Islam gagal.
Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa pada
masa selanjutnya. Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya
peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib
keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh
kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak
terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia
Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang
merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib ialah bahwa bagi Eropa,
mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkempang
pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
peradaban bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya. Mereka belajar dari kaum
muslimin berbagai teknologi perindustrian dan mentransfer berbagai jenis
industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran di Eropa,
sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban Islam dan membuatnya
maju dan berada di puncak kejayaan.
Bagi umat Islam,
Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan kebudayaan, malah
sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban Islam telah
diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu telah
mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material, tetapi
pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut
dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang
merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk
memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi- Barat pada abad
pertengahan. Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan
mempengaruhi kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur
bangunan yang meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani
Saljuk. Juga model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur
yang lahir di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam. Perang Salib memberi
kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung pada ditemukannya benua
Amerika dan route perjalanan ke India yang mengelilingi Tanjung Harapan.
Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia mempersiapkan mereka untuk melakukan
penjelajahan samudera di kemudian hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya
negara-negara Eropa melaksanakan kolonisasi di berbagai negeri di Timur,
termasuk Indonesia.
kekayaan bangsa dan
mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat
menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh
pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak
struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan
umat Islam dari umat lain. Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib
membuktikan kemenangan militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya
mampu mengusir Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu
mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad
ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap
berada di bawah kekuasaan Kristen
Post a Comment
Post a Comment