Melimpahnya ketersediaan pisang di berbagai daerah di Indonesia membuka peluang kegiatan usaha bagi masyarakat. Salah satunya adalah mengolah buah pisang menjadi keripik guna meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya. Pengembangan produk ini pun dinilai masih sangat potensial mengingat besarnya peluang pasar yang dapat dituju dan munculnya beragam diversifikasi produk keripik pisang.
Diversifikasi keripik pisang diwujudkan dalam bentuk keripik pisang dengan rasa yang beraneka ragam dan penampakan produk secara keseluruhan. Diversifikasi tersebut akan menjadikan produk keripik pisang menjadi menarik sehingga akan lebih disukai konsumen dan mengatasi rasa bosan konsumen.
Pengolahan pisang menjadi keripik tidak memerlukan teknologi yang tinggi dan modern. Oleh karena itu, industri ini dapat diterapkan pada industri skala kecil, industri rumah tangga atau industri menengah. Pendirian industri ini akan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat selain menjadi salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah buah pisang.
Praktek Pengolahan Keripik Pisang
Keripik
pisang klasik adalah kripik pisang yang tidak memiliki rasa khas selain rasa
pisang. Jenis keripik ini adalah yang umumnya diproduksi oleh masyarakat.
Keripik pisang klasik dapat diolah lagi menjadi keripik pisang dengan berbagai
rasa, seperti manis, asin atau seasoning.
Keripik Pisang |
Bahan:
5 kg pisang mentah
1,5 kg minyak
goreng
3 g natrium bisulfit
30 g garam
3 liter air
alat pengiris (slicer)
pisau stainless steel
talenan
timbangan 5
kg
wajan
(penggorengan besar)
baskom besar
kompor
wadah peniris
sealer
kemasan
plastik
8. Pisang dikupas kulitnya, kemudian dicuci.
9. Disiapkan
larutan natrium bisulfit
dengan menambahkan 30 gram
natrium bisulfit ke dalam
3 liter air. Pisang direndam selama
5 – 10 menit, kemudian ditiriskan.
10.
Kemudian pisang diiris
menggunakan pisau (manual)
atau menggunakan alat pengiris.
11. Irisan pisang
ditiriskan agar kandungan
air yang tersisa berkurang.
12. Kemudian
digoreng dalam minyak yang bersuhu 180oC sampai
keripik berwarna
kuning keemasan dan
cukup kering. Selanjutnya
ditiriskan.
13.
Keripik pisang siap
dibumbui. Keripik pisang
klasik yang dihasilkan sekitar 2
kg dari 5 kg bahan mentah pisang tanpa kulit.
Keripik
pisang asin
Bahan:
2 kg keripik pisang klasik
20 g garam halus
1. Ditambahkan 20 gram garam halus pada keripik
pisang klasik, kemudian diaduk rata.
2. Dilakukan pengemasan.
Keripik
pisang manis dengan gula halus
Bahan:
2 kg keripik pisang klasik
40 g gula halus
1. Ditaburkan gula halus pada saat keripik
pisang masih dalam keadaan panas, kemudian diaduk secara merata.
2. Keripik pisang ditiriskan dengan cara
menghamparkan keripik di
atas wadah
penirisan.
3. Dilakukan pengemasan.
Keripik
pisang manis pedas
Bahan:
2 kg keripik pisang klasik
40 g gula halus
10 g garam
4 g bubuk cabai
1. Dicampur hingga merata gula halus, garam dan
bubuk cabai.
2. Ditaburkan campuran bahan
pemberi citarasa tersebut
pada saat keripik pisang masih dalam keadaan panas, kemudian diaduk
secara merata.
3. Dilakukan pengemasan.
Keripik
pisang aneka seasoning
Bahan:
2 kg keripik pisang klasik
40 g seasoning (barbeque/ jagung bakar/ keju)
10 g garam
Cara membuat:
1. Dicampur hingga merata seasoning dan garam.
2. Kemudian ditaburkan pada keripik pisang klasik
yang masih dalam keadaan panas,
kemudian diaduk secara merata.
3. Dilakukan pengemasan.
Prospek Bisnis Keripik
Pisang
Melimpahnya
ketersediaan pisang di berbagai daerah di Indonesia membuka peluang kegiatan
usaha bagi masyarakat. Salah satunya adalah mengolah buah pisang menjadi
keripik guna meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya. Pengembangan produk
ini pun dinilai masih sangat potensial mengingat besarnya peluang pasar yang
dapat dituju dan munculnya beragam diversifikasi produk keripik pisang.
Diversifikasi
keripik pisang diwujudkan dalam bentuk keripik pisang dengan rasa yang beraneka
ragam dan penampakan produk secara
keseluruhan. Diversifikasi tersebut akan
menjadikan produk keripik pisang
menjadi menarik sehingga akan lebih disukai konsumen dan mengatasi rasa bosan
konsumen.
Pengolahan
pisang menjadi keripik tidak memerlukan teknologi yang tinggi dan modern. Oleh
karena itu, industri ini dapat diterapkan pada industri skala kecil, industri
rumah tangga atau industri menengah. Pendirian industri ini akan membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat selain menjadi salah satu usaha untuk
meningkatkan nilai tambah buah pisang.
Proses
Pengolahan Keripik Pisang Aneka Rasa
Pisang dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: pisang yang dapat
dimakan langsung, contohnya pisang Kepok, pisang Susu, pisang Hijau, pisang Emas
dan pisang Kapas; pisang
yang dapat dimakan
setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang Tanduk, pisang
Uli, pisang Kapas dan pisang Bangkahulu; pisang yang dapat dimakan
langsung maupun setelah
diolah terlebih dahulu,
contohnya pisang Kepok dan
pisang Raja; pisang
yang dapat dimakan
ketika masih mentah, contohnya
pisang Klutuk atau pisang Batu untuk dibuat rujak.
Jenis pisang yang digunakan
pada pembuatan kripik adalah
pisang yang perlu diolah dahulu sebelum dikonsumsi misalnya pisang Nangka,
Kepok, Raja, Tanduk dan Siam. Untuk mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah,
produsen dapat menggunakan buah pisang
yang tidak lolos
dalam penyortiran. Buah
pisang tersebut umumnya memiliki
penampakan kulit pisang yang tidak menarik meskipun isi buahnya baik.
Pisang yang akan digunakan dalam pembuatan kripik ini sebaiknya
pisang yang mentah dan sudah tua dengan warna hijau tua pada permukaan
kulit pisang. Pisang mentah yang digunakan akan memudahkan dalam membuat aneka bentuk
irisan pisang. Selain itu, dari
pisang mentah dapat diolah dengan aneka rasa keripik
pisang sesuai dengan seasoning yang diberikan. Adapun pisang yang sudah matang
akan menghambat proses pengirisan karena terlalu lembek, susah dibentuk,
penampakan atau tekstur kurang bagus. Kandungan gula yang tinggi pada pisang
matang akan menyulitkan pada pemberian aneka rasa.
Cara pengolahan keripik pisang aneka rasa secara garis besar diawali
dengan penyiapan bahan, pengirisan, penggorengan, penirisan, pemberian aneka
rasa dan pengemasan.
Penyiapan
bahan.
Awal proses pembuatan kripik pisang adalah proses pengupasan kulit
pisang, yang dapat dilakukan secara manual
menggunakan pisau. Tahap
selanjutnya adalah pencucian pisang. Proses
pencucian ini bertujuan
membersihkan kotoran yang menempel
pada permukaan daging
pisang. Apabila dalam
proses pengupasan pisang, kebersihan
dapat dijaga maka
pencucian tidak
perlu dilakukan. Pisang
kemudian direndam dalam
larutan natrium bisulfit (NaHSO3)
1%. Perendaman dilakukan selama 5 – 10 menit dengan tujuan untuk menghindari
timbulnya warna kecoklatan pada permukaan pisang dan pada irisan pisang.
Perendaman ini dilakukan
terutama bila skala
produksi relatif besar
dan waktu tunggu
irisan pisang digoreng relatif lama.
Pengirisan.
Pengirisan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan
alat pengiris. Pengirisan hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan
irisan pisang dengan bentuk dan ketebalan
yang seragam, yaitu
antara 1 –
1,5 mm. Bentuk
irisan maupun ketebalan irisan
merupakan faktor yang
dapat dibedakan sesuai dengan
keinginan produsen. Pisang dapat diiris memanjang maupun bentuk lingkaran.
Bentuk lain yang dapat dibuat yaitu
bentuk irisan serong dan bergelombang. Bila kapasitas produksi besar maka dapat
digunakan larutan bisulfit untuk merendam irisan pisang sebelum
penggorengan untuk menghambat
reaksi pencoklatan. Sebelum digoreng dilakukan penirisan
terlebih dahulu.
Penggorengan.
Penggorengan hendaknya dilakukan
pada suhu 180oC, dengan cara memanaskan minyak dalam wajan sampai
berasap. Waktu tunggu irisan pisang untuk digoreng maksimal 10 menit setelah
pisang ditiriskan. Untuk menghindari pencoklatan, dapat dilakukan dengan
menggoreng pisang secepat mungkin setelah pisang diiris. Penggorengan keripik
pisang dilakukan dengan cara deep frying yaitu seluruh bahan yang digoreng
tercelup dalam minyak. Bila penggorengan dilakukan sekaligus maka setiap 1 kg
pisang memerlukan 3 liter minyak. Minyak tersebut dapat digunakan 4 kali
penggorengan. Irisan pisang dimasukkan ke dalam minyak yang sudah panas sekitar
180 C. Irisan dimasukkan secara bertahap agar tidak lengket. Selama penggorengan
juga dilakukan pengadukan secara perlahan untuk mencegah hancurnya
irisan pisang. Penggorengan
diakhiri setelah keripik tampak
kuning keemasan dan kering.
Penirisan.
Setelah proses penggorengan, dilakukan penirisan yang bertujuan
untuk meniriskan minyak
sehingga keripik menjadi kering. Penirisan dapat dilakukan
dengan sentrifuse atau menggunakan
nyiru dengan alas kertas yang mudah menyerap minyak.
Pemberian
aneka rasa.
Bahan tambahan yang dapat digunakan untuk mendapatkan rasa yang
berbeda, antara lain gula,
garam, cabai bubuk
dan seasoning. Seasoning
digunakan untuk menghasilkan keripik
pisang dengan aneka
rasa seperti barbeque, jagung bakar, ayam, keju dan
sebagainya.
Pengemasan.
Metode pengemasan yang
tepat akan membantu melindungi
produk dari kerusakan. Produk keripik pisang sangat sensitif terhadap udara luar. Kerenyahan keripik akan
cepat berkurang apabila produk dibiarkan di ruang terbuka. Jenis kemasan
yang dapat melindungi
produk adalah kemasan
plastik jenis Poly Ethylene (PE), Poly Propelene (PP) atau
Poly Ethylene Terephtalate (PET). Teknik pengemasan yang dilakukan adalah sealing atau
melekatkan dua ujung plastik dengan menggunakan sealer.
Pengemasan
dan Penyimpanan
Pengemasan dan penyimpanan
merupakan proses lanjutan yang akan mempengaruhi kualitas
produk yang dihasilkan. Pengemasan dan penyimpanan yang baik akan membantu
mempertahankan mutu produk yang dihasilkan. Selain itu, pengemasan dan
penyimpanan yang baik juga dapat
meningkatkan nilai tambah produk, terutama penggunaan kemasan yang menarik.
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan.
Adanya bungkus atau kemasan dapat mencegah atau menghambat kerusakan
dan melindungi produk
dari bahaya
pencemaran serta gangguan fisik (getaran, gesekan atau benturan).
Kemasan yang dapat digunakan untuk produk keripik pisang adalah kemasan plastik.
Penggunaan kemasan plastik
sangat menarik mengingat plastik
memiliki beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain luwes, mudah dibentuk
dan mudah dalam penanganannya.
Bahan kemasan lain yang dapat digunakan adalah kemasan kaleng.
Dengan kemasan ini, jumlah produk yang dikemas lebih banyak. Keuntungan lain
dari kemasan kaleng adalah dapat melindungi produk dari gangguan fisik seperti
getaran dan benturan, relatif ringan dan murah. Apabila pengemasan menggunakan kaleng,
sebaiknya bagian dalam kaleng diberi
plastik untuk menghindari
kontaminasi antara bahan kaleng
dan produk. Agar produk yang
dijual mempunyai nilai
jual tinggi maka kemasan perlu diberi label. Pemberian
label untuk menginformasikan produk seperti nama produk, komposisi, berat
bersih, nama dan alamat produsen, tanggal kadaluwarsa dan lain-lain. Proses
penyimpanan diperlukan sebelum produk dapat dipasarkan seluruhnya.
Ruang penyimpanan harus
memiliki sistem ventilasi yang
baik. Ruangan tidak
boleh lembab dan
tidak boleh terkena sinar
matahari secara langsung. Bagian lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan.
Post a Comment
Post a Comment