Nasi Tiwul |
Bahan:
800 g tepung kasava
200 g tepung kacang hijau
1 sdt garam
1 sdt vanili
150 g gula merah
150 g gula pasir
3 lembar daun pandan
400 ml air
Alat:
nampan
dandang
kompor
oven pengering
mesin penggiling
pengayak
sealer
kemasan plastik
Cara membuat:
1. Tepung
kasava dan tepung
kacang hijau dicampur,
kemudian diayak agar tercampur merata. Ditambahkan garam dan vanili.
2. Gula
merah dan gula
putih dilarutkan dalam
air dengan cara dididihkan, kemudian didinginkan.
3. Air
gula ditambahkan ke
dalam campuran tepung
sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga rata
dan membentuk butiran-butiran
kecil.
4. Selanjutnya dikukus, selama 25-30 menit
hingga matang, dengan menyisipkan daun pandan selama pengukusan; dan
didinginkan.
5. Setelah tiwul dingin, dilanjutkan dengan
proses pengeringan pada suhu 60oC selama 16-18 jam.
6. Kemudian dilakukan penepungan dan
pengayakan.
7. Produk dikemas menggunakan kantong plastik
Polietilen dan di seal,
kemudian
disimpan di tempat kering.
Cara
penyajian:
1. Percikkan sedikit air di atas permukaan
tiwul kering.
2. Kemudian dikukus selama 3-5 menit.
3. Dihidangkan dengan kelapa parut.
Mengenal
Produk Tiwul Instan
Tiwul
merupakan makanan tradisional dari singkong yang pada umumnya terdapat di
daerah pulau Jawa bagian selatan. Tiwul bukan
merupakan
produk baru, melainkan sudah lama dikonsumsi untuk menggantikan nasi beras oleh
masyarakat yang bermukim di daerah selatan
pulau Jawa, terutama
di daerah selatan
propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta sampai selatan propinsi Jawa Timur. Selama ini masyarakat dalam
mengolah singkong menjadi
tiwul masih menggunakan cara
tradisional, yaitu dengan mengeringkan singkong sehingga menjadi gaplek yang
kemudian ditumbuk menjadi tepung, proses terakhirnya tepung gaplek tersebut
dikukus dan menjadi tiwul.
Berkaca dari proses pembuatan tiwul secara tradisional yang tidak memiliki nilai tambah selain hanya untuk makanan sehari-harisaja, maka ada peluang untuk mengolahnya secara modern sehingga tiwul memiliki nilai tambah tidak hanya sebagai makanan sehari-hari saja. Proses pengolahan dari singkong menjadi tepung kurang lebih sama hanya perlu dipertimbangkan penggunaan mesin pemotong, mesin pengering dan mesin penepung, sehingga proses dapat berlangsung menjadi lebih singkat.
Tiwul merupakan produk olahan dari tepung ubi kayu dengan proses tradisional, dengan cara tepung ubi kayu dicampur dengan air kemudian di kukus. Pada bahan berpati seperti pada tepung ubi kayu dapat dilakukan proses lebih lanjut atau dijadikan produk instan. Pati yang telah tergelatinisasi dapat dikeringkan kembali. Pati yang sudah dikeringkan ini masih dapat menyerap air kembali. Berdasarkan prinsip ini maka tiwul dapat diolah menjadi produk yang bersifat instan, yang lebih awet dan mudah dalam penyajiannya.
Untuk membuat tiwul menjadi instan dan tanpa bahan pengawet, maka pengeringan dilakukan menggunakan mesin pengering yang dapat mengeringkan tiwul dengan kadar air dibawah 10%.
Dengan kadar
air di bawah 10% maka tiwul instan menjadi tahan lama tanpa bahan pengawet. Sehingga penikmat tiwul
sekarang tidak perlu lagi mengolah singkong gaplek, kemudian menumbuk gaplek
menjadi tepung, baru mengolahnya menjadi tiwul. Untuk menikmati tiwul, sekarang
tinggal mencampur tiwul instan dan air sesuai takaran, kemudian dikukus
beberapa menit.
Proses Pengolahan Tiwul
Instan
Bahan baku
tiwul instan adalah tepung kasava. Pemakaian tepung kasava sebagai bahan pangan
olahan masih ketinggalan dibandingkan dengan tepung tapioka (pati, aci atau
cassava starch) yang lebih populer. Saat ini tepung kasava masih belum banyak
diketahui, dikenal atau dimengerti oleh banyak pihak, terutama konsumen sebagai
pengguna industri pengolahan pangan pada skala rumah tangga ataupun industri
kecil dan menengah. Padahal, tepung kasava
memiliki manfaat yang
sama gunanya sebagaimana
jenis tepung-tepungan lainnya, yaitu tepung terigu, tepung beras, tepung
ubi jalar, maizena dan lainnya, yang tentu saja setiap jenis tepung yang
berasal dari tanaman (biji-bijian) atau umbi-umbian yang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan keunggulan dan kekurangannya masing-masing.
Untuk mengatasi kekurangan protein pada tepung kasava sebagai bahan baku tiwul instan dicampur dengan tepung jagung, tepung terigu atau tepung berprotein lainnya dan difortifikasi dengan vitamin (vitamin A, B6, B12 dan asam folat) dan mineral (zat besi, seng dan iodium) yang dibutuhkan sehingga menjadi makanan bermutu, berenergi dan bergizi tinggi. Proses pembuatan tiwul instan secara garis besar diawali dengan penyiapan bahan, formulasi, pencampuran, pengukusan, pengeringan, penepungan dan pengemasan.
Formulasi bahan.
Awal proses
pembuatan tiwul instan adalah menyiapkan bahan baku dan bahan
tambahan yang terdiri atas tepung kasava, tepung berprotein (tepung jagung,
tepung kacang hijau, tepung kacang kedelai
atau lainnya), gula merah, gula pasir, ensens (vanili, daun
pandan) dan air.
Kemudian masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan proporsinya.
Penambahan tepung berprotein berkisar 15-25%
dari total tepung yang digunakan. Gula merah dan gula putih dilarutkan
dalam air dengan cara dididihkan dan didinginkan pada suhu ruang
Pencampuran.
Pada tahap ini, dilakukan pencampuran bahan- bahan yang terdiri atas tepung kasava, tepung berprotein, garam dan vanili dalam keadaan kering. Kemudian, air gula ditambahkan ke dalam campuran tepung sedikit demi sedikit dan diaduk hingga rata dan membentuk butiran-butiran kecil. Penambahan air dimaksudkan untuk menyediakan air selama proses gelatinasi pada proses pemanasan. Apabila penambahan air terlalu sedikit, menyebabkan gelatinisasi kurang sempurna, sedangkan apabila penambahan air terlalu banyak maka produk tiwul terlalu lembek.
Pengukusan.
Pengukusan dilakukan pada
suhu 95 C selama 25-30 menit. Selama
pengukusan akan terjadi
proses gelatinisasi. Bahan tiwul
yang telah tergelatinisasi akan mejadi setengah basah dan bertekstur lembut
setengah padat. Gelatinisasi adalah perubahan sifat fisik pati karena adanya
air dan pemanasan. Pada awal proses gelatinisasi, granula pati yang berisi
molekul amilosa dan amilopektin mulai menyerap air. Penyerapan air meningkat
dengan meningkatnya suhu pemanasan yang menyebabkan granula pati membengkak.
Pada saat granula membengkak amilosa mulai berdifusi keluar granula dan
akhirnya terbentuk matriks
gel setelah granula
pecah. Suhu saat granula pati pecah disebut suhu
gelatinisasi. Suhu gelatinisasi berbeda- beda untuk setiap jenis bahan,
misalnya suhu gelatinisasi pati singkong 52-64 C, pati jagung 62-70 C dan pati
beras 68-78 C.
Pengeringan.
Setelah proses pengukusan, dilanjutkan dengan proses pengeringan.
Pengeringan dilakukan menggunakan oven pengering pada suhu 60oC selama 16-18
jam. Pengeringan adalah suatu metode
untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan dengan cara menguapkan
atau mengeluarkan sebagian air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Pati yang telah tergelatinisasi dapat dikeringkan, tetapi molekul-molekul
tersebut tidak dapat kembali lagi ke sifat-sifatnya sebelum gelatinisasi. Bahan
yang kering tersebut masih
mampu menyerap air
kembali dalam jumlah besar karena struktur bahan kering
menjadi lebih porus. Sifat inilah yang dijadikan dasar pada pembuatan produk
instan.
Penepungan.
Tahap selanjutnya adalah proses penepungan dengan melakukan
penggilingan remah tiwul kering dan dilanjutkan dengan pengayakan. Tujuannya
adalah untuk memperluas permukaan remah tiwul agar proses penyerapan air lebih
cepat pada waktu tiwul instan dimasak ulang (dikukus) untuk dikonsumsi. Untuk
mendapatkan tiwul instan matang maka
harus dilakukan pengukusan selama 3-5 menit,
yang sebelumnya permukaan
tiwul kering diperciki
dengan sedikit air.
Pengemasan.
Metode pengemasan yang
tepat akan membantu melindungi
produk dari kerusakan.
Produk tiwul instan adalah produk berkadar air rendah yang
sangat sensitif terhadap udara luar. Tepung tiwul instan akan cepat menggumpal
apabila dibiarkan di ruang terbuka. Oleh karena
itu, perlu dipilih
bahan kemasan yang sesuai agar dapat melindungi produk dari
faktor kerusakan tersebut. Alternatif pengemasan tiwul instan dapat dilakukan
pembungkusan dengan kantong alumunium
foil (Al foil)
berlaminasi atau kantong plastik.
a. Kantong Al
foil berlaminasi adalah
bahan pengemas yang bersifat
kedap terhadap uap
air, fleksibel, mudah
direkat dengan panas karena salah satu bagian sisinya dilapisi plastik.
Namun, kemasan jenis ini relatif lebih mahal.
b. Kantong plastik jenis
Poly Ethylene (PE) adalah jenis plastik yang
memiliki sifat daya
perlindungannya terhadap uap
air cukup baik, transparan
sehingga produk dapat
terlihat langsung, titik leburnya rendah sehingga mudah direkat dan
harganya relatif murah.
Terima kasih telah berbagi.
ReplyDelete